Bali, globalnetizen.id - Generasi muda Bali kini menghadapi tantangan besar dalam menjaga tradisi dan budaya. Banyak yang meninggalkan desa untuk bekerja atau belajar di kota, sehingga kesempatan untuk terlibat dalam upacara adat, gotong royong, dan kegiatan komunitas semakin terbatas. Fenomena ini juga terlihat di berbagai wilayah adat di Indonesia, di mana pelestarian budaya kerap bergantung pada generasi tua.
Menanggapi hal ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menggelar Jambore Pemuda Adat Batur 2025 pada 21–24 November. Acara ini menjadi wadah bagi pemuda untuk bertemu, belajar, dan bertukar ide tentang cara melestarikan tradisi, sekaligus memahami makna di balik ritual dan kegiatan adat.
Dalam penutupan di Wantilan (GOR) Tunon, Kintamani, Dirjen Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi, Dr. Restu Gunawan, menekankan pentingnya keterhubungan emosional dan intelektual dengan adat. “Pelestarian budaya tidak hanya soal hadir di upacara, tetapi memahami identitas dan nilai yang terkandung di dalamnya,” ujarnya. Hasil rekomendasi jambore akan menjadi bagian dari kebijakan pelindungan budaya nasional melalui kolaborasi dengan desa adat dan pemerintah daerah.
Para peserta mengakui bahwa gaya hidup modern memberi pengaruh besar terhadap keterlibatan mereka dalam adat. Kesibukan bekerja atau belajar, hiburan digital, dan gaya hidup instan membuat nilai gotong royong dan komunal mulai tergerus.
Ni Wayan Diani, pemudi adat dari Bayung Gede, menegaskan bahwa tantangan terbesar datang dari kemauan diri sendiri. “Kalau tidak bijak menyikapi globalisasi, tradisi bisa hilang perlahan. Banyak anak muda lebih fokus pada kepentingan pribadi,” ujarnya. Sementara I Putu Egi Candika Arta menekankan pentingnya ngayah dari hati, dan memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan tradisi Bali dengan tetap menghormati kesakralan adat.
Selama empat hari, peserta mengikuti lokakarya budaya, diskusi lintas desa, pameran seni, pemutaran film budaya, dan sesi dialog mengenai masa depan adat. Banyak yang mengaku mendapatkan perspektif baru tentang peran pemuda dalam menjaga warisan budaya.
Jambore Pemuda Adat Batur 2025 menegaskan bahwa keberlanjutan adat Bali bergantung pada kemampuan generasi muda menyeimbangkan modernisasi dengan akar budaya, sekaligus menjadi awal gerakan kolektif untuk memperkuat tradisi di masa depan. (Smty)

Social Header