Breaking News

Ketika Rakyat Dipermalukan dan Mahasiswa Dipukul, Demokrasi Halsel di Ujung Tanduk


GlobalNetizen.id – Gelombang perlawanan mahasiswa dan aktivis yang tergabung dalam Solidaritas OKP Cipayung (PMII, GMKI, GMNI, HMI, dan GAMKI) kembali mengguncang Halmahera Selatan. Mereka memastikan akan menggelar aksi demonstrasi besar-besaran dengan menyasar dua institusi, yakni Kantor DPRD Halsel dan Mapolres setempat.

Aksi ini lahir dari kekecewaan mendalam terhadap wakil rakyat dan aparat keamanan. Solidaritas Cipayung menegaskan, tuntutan yang mereka bawa bukan sekadar ekspresi kemarahan, melainkan desakan moral yang harus segera dijawab.

Dua tuntutan utama massa aksi, yakni:

1.Mendesak DPP PDI Perjuangan memecat Masdar Mansur dari keanggotaan DPRD Halmahera Selatan.

Desakan ini muncul akibat unggahan kontroversial di akun Facebook pribadi Masdar Mansur yang diduga kuat menghina rakyat Halmahera Selatan dengan sebutan “ yang mau DPR dibubarkan itu orang goblok.” Ucapan itu dianggap sangat merendahkan martabat masyarakat.

“Sebutan itu menyakiti hati kami. Tidak etis seorang wakil rakyat berkata demikian. DPRD seharusnya jadi teladan, bukan sumber penghinaan,” ujar salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Kemarahan publik kian meluas, sebab bukan hanya aktivis dan masyarakat Halsel yang mengecam, tetapi juga gelombang serupa terjadi di berbagai wilayah Indonesia dengan tuntutan agar DPRD dibubarkan.

2. Mengusut tuntas tindakan represif aparat kepolisian terhadap mahasiswa.

Massa aksi menyoroti pemukulan terhadap Ketua Kohati (HMI) oleh oknum kepolisian saat mengawal aksi sebelumnya hingga korban berdarah-darah. 

Bagi mahasiswa, tindakan ini adalah bukti nyata matinya demokrasi di Halsel, “Kami tidak bisa menerima ketika aparat yang seharusnya mengayomi justru menggunakan tangan besi terhadap mahasiswa. Itu bukan pengamanan, itu intimidasi!” Tegas salah satu aktivis Solidaritas Cipayung.

Solidaritas Cipayung menegaskan, aksi ini adalah perlawanan nurani. Mereka menolak tunduk saat rakyat dihina dan mahasiswa dipukul. Jika tuntutan mereka diabaikan, mereka berjanji akan melipatgandakan kekuatan dengan aksi yang lebih besar.

“Jangan pernah berpikir suara kami bisa dibungkam. Semakin ditekan, semakin kami bangkit. Lembaga politik dan aparat yang abai pada suara rakyat cepat atau lambat akan kehilangan legitimasi di mata publik. Kami tidak akan mundur,” Tegas orator aksi menutup pernyataan.


Redaksi
© Copyright 2022 - Global Netizen